Pertemuan rutin sekolah yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023 terasa berbeda dari biasanya. Hal ini karen kepala sekolah SMA Islam Diponegoro Surakarta melakukan praktik baik pembelaran terdiferensiasi dan berpusat pada murid di hadapan para guru untuk memberikan contoh. Sebagai pimpinan, tentu saja kepala sekolah berkewajiban untuk memberikan penguatan dan contoh konkret kepada jajaran dewan guru tentang pentingnya inovasi pembelajaran , khususnya tentang pembelajaran terdiferensiasi yang berpusat pada murid. Perlu kesungguhan dan kemauan kuat dari para guru untuk menyajikan pembelajaran yang berkualitas, bermakna, dan menyenangkan bagi murid sebagai ruh dari kurikulum tebaru Indonesia, yaitu kurikulum merdeka.
Dalam kesempatan tersebut, bapak Ahmadi, S.Pd., selaku kepala sekolah SMA Islam Diponegoro Surakarta, memulai simulasi pembelajaran/praktik baik tersebut dengan meminta seluruh guru untuk fokus dengan mengangkat kedua tangan mereka dan mengikuti skenario yang disiapkan. Kemudian, kepala sekolah menunjukkan 3 gambar, yaotu gambar mata, telinga, dn orang berlari. Secara terbuka dan acak, seluruh guru diminta memilih gambar yg paling di sukainya. Kemudian,bapak kepala sekolah menunjukan kertas bertuliskan kemerdekaan RI ke-78 sebagai tema utama simulasi hari ini.
Setelah semua guru memilih gambar yang disediakan, bapak Ahmadi, S.Pd meminta perwakilan guru per masing-masing gambar untuk maju dan menghubungkan gambar yang dipilihnya dengan tema kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78 ini.
Perwakilan guru yang memilih gambar mata adalah ibu Enisa Fitri, S.Pd. Beliau menyampaikan tentang gambaran yang dilihat dalam menyambut kemerdekaan. Selain ibu Enisa Faitri S.Pd., ibu Astin Setyowati S.Pd juga meyampaikan pendapatnya dengan gaya visual. Bahwa, dengan banyaknya bendera yang telah melambung tinggi dimana-mana dan perlombaan serta upacara juga sudah mulai akan terlaksana menunjukan akan segera dimulainya peringatan HUT RI yang ke 78.
Kemudian, perwakilan guru yang memilih gambar telinga adalah ibu Soelistyowati, S.Pd. Beliau menyampaikan tentang kepekaan dalam mendengarkan lagulagu perjuangan dan siaran-siaran serta kerja bakti yang sudah mulai di laksanakan di lingkungan tempat tinggalnya.
Selanjutnya, Ustaz Aziz Muslim sebagai perwakilan dari pilihan gambar orang berlari menyampaikan pendapatnya. Beliau menyampaikan kisah masa lalunya ketika masih berada di pondok pesantren. Beliau menceritakan bahwa para santri dipondok beliau diminta menampilkan karya saat momentum kemerdekaan. Beliau juga menyampaikan bahwa dahulu ketika masih duduk di bangku sekolah, ustaz Aziz juga pernah bermain peran sebagai pahlamwan nasional. Tentu saja hal ini sangat terkenang dibenaknya hingga kini.
Para guru sangat antusias dalam mengikuti kegiatan siang itu karena penguatan praktik baik pembelajaran terdiferensiasi yang dicontohkan langung oleh bapak kepala sekolah SMA Islam Diponegoro Surakarta sangatlah berkesan dan bermakna.
Rapat ditutup dengan sebuah kutipan menarik dari bapak kepala sekolah yang berbunyi “bukan yang paling pandai atau paling hebat , tetapi yang paling bersungguh-sungguh.” Kutipan ini kiranya dapat menginspirasi semua guru untuk terus berusaha dalam menyajikan pembelajaran yang menarik dan inovatif. Pembelajaran terdiferensiasi yang menjadi kewajiban guru dapat dimodifikasikan baik dari segi konten, proses, atau produknya. Dengan kesungguhan yang dimiliki para guru, diharapkan pembelajaran dapat lebih menarik dan optimal sehingga dapat lebih mengasah kemampuan baik guru maupun para peserta didik.